Sampai saat ini sudah begitu buanyaaaaak sekali rahmat dan berkat yang sudah Allah berikan dalam hidup saya, sehingga rasanya tidak cukup hanya mengucap syukur dalam doa-doa. Saya ingin membagikannya kepada banyak orang. Mungkin supaya semakin banyak berkat yang diberikan-Nya buat saya yah.. hehee... Amiiin.
Lebaran tahun 2016 merupakan hari Raya yang cukup berkesan buat saya hingga hari ini. Pembukaan exit tol baru Brebes Timur sempat menggoda kami untuk mencobanya. Bayangkan saja, betapa kurang isengnya kami, merayakan lebaran juga enggak, butuh silaturahmi ke keluarga yang merayakan juga enggak, nah kan..
"eh, Ma.. tol baru sudah dibuka lho, di Brebes.. wuaah, perjalanan kita bisa lebih cepat niih", ujar si papa.
"Ayook, kita jalan ke Semarang, yook.. sambil nyoba tol baru..", tambah semangat dia...
Berhubung lebaran tahun itu jatuh di hari Rabu dan Kamis, dan pemerinta berbaik hati mengurangi jatah cuti kita dengan menetapkan cuti bersama di hari Senin, Rabu dan Jumat, maka praktis kita memiliki hari libur satu minggu.
Nah, gambling dimulai di sini.. Kapan kita mulai jalan? Di hari Kamis, seminggu sebelumnyakah? hari Jumat? atau Justru mendekati hari Minggu? dengan harapan jalur mudik akan terbagi rata ramainya karena panjangnya waktu libur sebelum lebaran. Silly me...!! It never happen... Si Papa sibuk mengikuti berita jalur mudik di televisi, dan bilang kalau jalur mudik lancar jaya. Tanpa kami berpikir bahwa bersamaan dengan itu 13 juta orang berpikir hal yang sama.. (http://www.dephub.go.id/welcome/readPost/badan-litbang-kemenhub-prediksi-25-juta-orang-akan-mudik-tahun-ini)
Daan, terjadilah yang harus terjadi, haahahaaa.. M.A.C.E.T.
Bahkan semua berita nasional memberitakan kondisi macet yang dikategorikan sebagai macet mudik terparah.
http://regional.kompas.com/read/2016/07/04/13524671/.ini.luar.biasa.macetnya.ini.mudik.paling.parah.
http://www.viva.co.id/ramadan2016/read/796250-macet-mudik-lebaran-2016-mabes-polri-minta-maaf
https://news.hargatop.com/2016/07/01/berita-info-jalur-mudik-lebaran-2016-sore-ini-macet-parah-di-exit-gt-brebes-timur-jalur-pantura-lancar/4127332.html
Perjalanan dimulai Sabtu, 2 Juli 2016 dini hari.. Dengan semangat 45, kami mulai berjalan. Sangaaat optimis bahwa perjalanan akan lancar.. yaiyalah, kalau baru mulai jalan saja sudah loyo, bagaimana selanjutnya, ya gak.. Maka kami mulai perjalanan dengan doa dan semangat.
Google Maps mulai menunjukkan keperkasaannya... Setelah setengah jam perjalanan, Dia menyuruh kami keluar dari tol cikampek dan menyusuri jalan biasa. Kami ikuti saja.. Saat itu di HP tertera waktu perjalanan akan berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Makin optimislah kami... 461, 7 km ditempuh dalam 8 jam seperti perjalanan-perjalanan normal kami sebelumnya.
Selang satu jam berikutnya kami menyusuri Karawang Barat, lalu Karawang Timur melalui jalur biasa. Jalur memang tidak macet, tetapi tidak selancar perjalanan kami sebelumnya. Kami cek lagi, waktu tempuh perjalanan, anehnya masih tetap 8 jam.. Kenapa tidak berkurang juga? [sekarang saya paham, itu terjadi karena dari seluruh jalur yang akan kami tempuh, kepadatan kendaraan sudah menuju titik jalur pantura.] Ini artinya kami berkompetisi dengan ribuan kendaraan yang sedang menuju arah yang sama..
Sampai jam 7 malam, kami bahkan masih belum sampai Tegal. Berarti sudah 16 jam kami di jalan. Yang perlu disyukuri adalah, baik papa Atha, Atha maupun mamanya berada dalam kondisi psikhis yang sangat baik. Kami bisa menyikapi perjalanan ini dengan sangat positif. Anaknya bahkan masih bisa bercanda-canda. Heheee... bayangkan saja, kalau yang terjadi sebaliknya.. Haduuuh.. lelah lahir batin dong..
Malam hari itu, pikiran-pikiran ingin lepas dari situasi macetpun muncul. Dari yang ingin belok ke jalur selatan, ingin mampir ke Wonosobo, sampai ingin menginap dulu di jalan. Tidak semuanya ingin diseriusi. Yaiya, karena ini hanya pikiran nakal yang muncul untuk melepaskan diri.
Perjalanan padat di jalur pantura, membuat papa Atha berniat belok melewati jalur Selatan. Analisisnya jalur Selatan tidak akan sepadat jalur yang sedang dilewati. Tapi ternyata masuk ke jalur selatan dari jalur utara ketika waktu mudik, tidaklah mudah. Semua jalur tertutup. Tapi dasarnya BEJO, ada satu waktu, kami justru diarahkan ke jalur selatan.
Setelah akhirnya berhasil masuk di jalur selatan, kami melewati jembatan yang melintasi jalan tol Pantura yang macet total. Di situ kami merasa sangaaat bersyukur. Jam 09.00 malam itu, rasa syukur kami rayakan dengan makan bakso.
Ternyata jalur selatan tidak seindah yang dibayangkan. Kami tetap berkutat dengan macet di mana-mana. Bahkan bahan bakar mobil yang mulai tiris mau tidak mau memaksa untuk berhenti dan menginap di POM Bensin.
Jam 00.30 kami sampai di POM Bensin yang ketiga (karena di kedua stasiun pengisian yang sebelumnya, kami kehabisan bensin dan pada saat itu, masih berpikir bahwa siapa tahu POM yang berikutnya masih ada bensin. Tapi kembali lagi, kami lupa kalau kami bersaing dengan begitu banyak kendaraan dengan kondisi yang mirip).
Beritanya di sini:
http://ramadhan.kompas.com/article/read/2016/07/04/22543131/terjebak.macet.pemudik.terpaksa.beli.bensin.eceran.rp.50.000.per.liter
Setelah ditanyakan, ternyata tanki pengisi bahan bakar masih di jalan, sudah jalan sejak jam 4 sore dan belum tiba juga jam 12 malam. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu, mengantri, sambil beristirahat. Karena tidak mungkin juga bisa berjalan jauh dengan kondisi bahan bakar kritis begini.
Bergantian dengan papa Atha untuk menemani anaknya yang mulai eksplorasi, kami mencoba menikmati tempat sambil beristirahat. Tidak terasa lama, sekitar jam 6.30 pagi, tanki pengisian bahan bakar sudah tiba.. Puji Tuhan..
Setelah melewati situasi 'mulur' dan 'mungkret', istilah yang dipakai Ki Suryomentaram untuk menggambarkan suasana hati senang dan susah. Suasana hati senang (bungah) dan susah akan terus muncul silih berganti dalam setiap peristiwa hidup kita. Maka setelah pengisian bahan bakar, rasanya bungah hati.. senang.. (etapiii, siap-siap susah lagi yaa..!).
Menurut Ki Suryomentaram, Jika bungah dan susah dipahami sebagai sebuah proses yang alami, maka tidak ada yang namanya penyesalan. Semua lewat begitu saja. "Bungah, yo bungaho" (senang yang silakan senang saja), "nek susah, yo diwasno" (jika susah ya diamati saja).
Jika sekarang dibayangkan, maka perjalanan 36 jam itu rasanya beraaat sekali. Engganlah jika disuruh mengulangi kembali. Bayangkan saja, perjalanan panjang itu harus dilewati dengan kondisi AC mobil yang trouble. Hadeeeuh.. gak kurang-kurangnya cobaan dan tantangan hidup kami kaan...
Tapiiiii, dengan segala halangan dan kesulitan di atas, keajaiban yang kami temui juga buaanyaaaak sekali. (#count_the_blessings)
- Sebut saja ditunjukkan jalan oleh orang tidak dikenal, melewati sawah dan perumahan, bahkan dia sempat menyingkirkan halangan di tengah jalan. Tapi tiba-tiba di ujung jalan orang tersebut menghilang.
- Masuk di POM bensin yang antriannya sudah mengular, tetapi karena ketidaktahuan kami, malah kami masuk di antrian depan.
- Ketika kami berniat melewati jalur selatan, tetiba ada peluang dan arahan untuk menuju ke sana.
- Dari antrian yang panjang, tau-tau ada 4-5 anak usia SMP menyuruh kami mengambil belokan untuk sampai di tempat di depan kami.
- Ditunjukkan jalan alternatif oleh penduduk setempat, tetapi karena sepi tidak ada yang melewati maka sempat bingung lewat mana. Tetiba, muncul angkot dan ketika kita tanyakan arah, dia minta kita mengikutinya.
Kalau bukan malaikat, saya gak tahu lagi menyebutnya dengan apa... Semua mereka ini adalah malaikat penjaga kami sekeluarga.
Maka tak henti-henti kami mengucap syukur pada Tuhan. Puji Tuhan.
Jika Tuhan melindungi saya dan keluarga saya, maka Dia pun akan melindungi kita semua. Dia akan melindungi dan memberkati negara kita Indonesia. Tuhan tidak akan menjauh dan menutup mata dari semua peristiwa yang terjadi. Tuhan tidak akan tinggal diam.
#NKRI #BerkahAllah #PerlindunganAllah #PenyelenggaraahIlahi
***